Selasa, 13 Januari 2015

Tentang Anak, Mengulas Serba-Serbi Pengasuhan Anak dengan Jujur


Judul: @TentangAnak
Penulis: Joko Dwinanto
Penerbit: Noura Books (PT Mizan Publika)
Tahun Terbit: Cetakan ke-1, November 2014
Jumlah Halaman: 248
ISBN: 978-602-1306-68-0

“Kalimat-kalimat di buku ini mengingatkan, menegur, menampar, dan menyemangati lagi orangtua.” @AnnaSurtiNina, Psikolog anak dan keluarga.

Setiap orangtua pasti menginginkan anak-anak yang sehat dan cerdas, akan tetapi tak semua orangtua memiliki ilmu pengasuhan anak yang baik. Ada kalanya gaya dan tipe pengasuhan anak diturunkan dari generasi sebelumnya, yang di satu sisi memiliki kelebihan, di sisi lain ada kekurangan yang harus diperbaiki. Buku @TentangAnak yang ditulis oleh Admin Twitter @TentangAnak, Joko Dwinanto ini ditulis dengan bahasa ringan dan kalimat pendek-pendek, karena disarikan dari kicauan sang admin setiap harinya. Isu-isu parenting di dalamnya sesuai dengan perkembangan zaman.


Saya sendiri, sebagai ibu dari tiga anak kecil, menyadari bahwa mengasuh anak itu bukan hal sepele. Tak bisa disambi, karena merupakan pekerjaan tersendiri. Betapa repotnya mengasuh tiga anak kecil bila tidak dipandu oleh ilmu mengasuh anak. Banyak sekali kekurangan saya dalam mengasuh anak, dan membuat saya menyesal. Kenapa dulu begitu ya? Kenapa bukan begini? Pernah dengar kasus ibu atau bapak yang membunuh anaknya sendiri gara-gara kesal karena si anak menangis terus? Naudzubillahimindzalik. Padahal,
Parenting is supposed to be fun. Parenting is an art you can fail if you try too hard. Relax. Loosen up. It supposed to be fun.” (Tentang Anak).

Ya, benar, mestinya kegiatan mengasuh anak itu menjadi kegiatan yang menyenangkan. Bagaimana caranya agar menyenangkan? Orangtua harus membekali diri dengan ilmu-ilmu pengasuhan anak, salahsatunya dengan buku ini.

Tulisan pertama berjudul #DearMasBro, penulis memberikan pesan-pesan singkat untuk para suami agar menyayangi istrinya. Misalnya dengan, #DearMasBro, jangan pernah berteriak kepada istrimu, karena suara yang keras darimu untuknya adalah cambuk yang menyakitkan bagi hatinya. (halaman 3).

Kemudian, penulis memberikan masukan-masukan untuk para suami dan ayah agar lebih memperhatikan keluarga. Sesibuk apa pun pekerjaan di kantor, tetap usahakan untuk memperhatikan anak-anak. Pekerjaan memang penting, karena dengan gaji yang diperoleh itulah seorang suami dapat menghidupi istri dan anak-anak. Tetapi, bukan berarti suami mengabaikan keluarga, terlebih anak-anak yang membutuhkan kehadiran seorang ayah. Penulis memberikan tips-tips kepada suami dan ayah agar tetap dapat berperan dalam rumah tangga sekalipun sibuk bekerja.

Selain cerita dari penulis, buku ini juga dilengkapi dengan kicauan para pengikut (follower) twitter @TentangAnak yang menjawab pertanyaan admin, beberapa diantaranya cukup lucu dan menghibur. Misalnya, ketika Admin bertanya, “apa bedanya sebelum menikah dengan sesudah menikah?”

@rizkapesik Dulu begadang karena clubbing sm pacar, skrg begadang nungguin anak yang bangun tengah malam…hi3.
@eka26susan Dulu dandan buat pacar. Skrang dandan dibilang mau ke mana, Ma? Hadehhh.
@amiayulesatri Dulu Jumat malam siapin DVD ntn smp pagi. Skrg nyuci peralatan perang mkn anak n botol ASIP lanjut netekin J))

Eh, jangan-jangan kalau ada lajang yang membaca kicauan-kicauan di atas, malah jadi tidak mau menikah karena repot. Yang tadinya bisa kongko-kongko pada Jumat malam, berubah jadi Upik Abu yang diam di rumah mengurus anak, xixixixi…… Buktikan saja sendiri, enak mana kebiasaan sebelum menikah atau sesudah menikah :D

Penulis juga memberikan kesempatan kepada pembaca yang ingin berbagi dengan memberikan komentar terhadap uraian-uraian di dalam buku, dengan cara menscan barcode QR yang ada di lembar terakhir setiap bab di web www.tentanganak.info.

Buku ini juga menerangkan isu-isu dalam dunia parenting yang selama ini berseliweran di dunia maya, di antaranya: pentingnya ASI untuk bayi, bahaya baby walker, perlukah memberikan susu untuk anak, kebutuhan bayi yang tidak perlu, efek video games, sufor vs UHT, dan sebagainya. Di antara tanggapan penulis terhadap isu tersebut, barangkali ada yang kita setujui, ada yang tidak. Pilihan ada di tangan masing-masing orangtua. Misalnya, tentang baby walker. Ketiga anak saya memakai baby walker, Alhamdulillah tidak ada kasus serius. Memang mereka pernah jatuh dari baby walker, tapi tidak apa-apa malah tertawa-tawa. Tentu saja pemakaian baby walker itu di bawah pengawasan orangtua. Anak kedua sudah saya dudukkan di baby walker sejak umur 6 bulan, dan dia sudah bisa berjalan di usia satu tahun. Sedangkan anak pertama, saya dudukkan di baby walker pada umur 9 bulan, tapi hanya sebulan saja, karena setelah itu dia dititipkan di neneknya dan baby walkernya tidak dibawa. Si sulung baru bisa berjalan  usia 15 bulan. Berdasarkan perbandingan tersebut, saya yakin baby walker membantu bayi untuk cepat berjalan.

Dari buku ini pula, saya  jadi tahu bahwa anak-anak tidak perlu diajak nonton di bioskop, sekalipun itu film anak. Mengapa? Karena suara speakernya yang besar sekali itu tidak bagus untuk gendang telinga anak. Adakah ibu-ibu yang memikirkan hal itu? Karena saya perhatikan, banyak orangtua yang suka mengajak anak-anaknya menonton di bioskop. Saya juga pernah melakukannya satu kali (sebelum membaca buku ini), gara-gara terbawa pergaulan. Saya melihat di bioskop, ada bayi di bawah 4 bulan sudah diajak nonton ke bioskop.

Akhir kata, buku ini sangat perlu dibaca oleh orangtua untuk menambah ilmu dan pengetahuan dalam hal pengasuhan anak. Membaca buku ini seperti mendengar penulisnya berbicara dengan asyik dan riang, sehingga tanpa sadar buku ini bisa dibaca dalam waktu singkat, tanpa mengurangi esensi di dalamnya.

Kutipan favorit saya adalah, “Penyesalan terbesar para orangtua adalah terlalu banyak bekerja.” (Riset, Lauren Revell).

1 komentar: