Judul: SYIAH, Menguak Tabir
Kesesatan dan Penghinaannya terhadap Islam
Penulis: Drs. Muhammad Thalib
Penerbit: El Qossam
Tahun Terbit: 2007
Jumlah Halaman: 248
ISBN: 978-979-16660-0-8
“Allah itu bersifat bada’, yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah
terjadi. Akan tetapi, para imam Syiah telah mengetahui lebih dahulu hal yang
belum terjadi.” (Al Kulaini, seorang
ulama ahli hadist Syiah dalam kitab Ushulul Kafi halaman 40).
Baru-baru ini terjadi penyerangan
terhadap Majelis Adz Zikra yang dipimpin oleh Ustadz Arifin Ilham, yang diduga
dilakukan oleh sebagian penganut ajaran Syiah. Perseteruan antara kaum Sunni
(Ahlusunnah wal Jamaah) dengan Syiah memang sudah terjadi sejak Nabi Muhammad
Saw meninggal dunia. Ahlusunnah wal
Jamaah (Sunni) meyakini bahwa ajaran Syiah itu sesat dan bukan termasuk bagian
dalam Islam. Penganutnya adalah kafir.
Jika melihat sejarah munculnya
Syiah, hal itu sungguh dapat dimaklumi karena Syiah muncul setelah Nabi
Muhammad Saw meninggal dunia, dilatarbelakangi oleh protesnya beberapa kalangan
yang tidak sepakat atas penunjukan khalifah pengganti Nabi. Mereka—yang
kemudian menyebut dirinya “Syiah”—beranggapan bahwa khalifah pengganti Nabi
seharusnya berasal dari keturunan Nabi, yaitu Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi,
sebagian besar sahabat Nabi menunjuk Abu Bakar Shidiq sebagai khalifah berikutnya.
Lalu, setelah Abu Bakar Shidiq meninggal, digantikan oleh Umar ibn Khattab.
Amarah kaum Syiah pun semakin menggelegak, dan itu pula yang membuat mereka
membenci Abu Bakar Shidiq dan Umar ibn Khattab, dua orang sahabat Nabi yang
dijamin masuk surga.
Jadi, mengapa Syiah bisa disebut
sesat dan telah keluar dari Islam? Tentu saja sahabat Nabi dan para ulama Sunni
tidak sembarangan menyebut sesat tanpa didasari oleh alasan-alasan yang
prinsip. Buku ini adalah salah satu buku yang menguak kesesatan Syiah, patut
dibaca oleh muslim, terutama bagi yang selama ini beranggapan bahwa Syiah itu
hanya salah satu Mahzab dalam Islam dan tidak ada perbedaan-perbedaan yang
prinsip dalam ritual ibadahnya. Sesungguhnya, anggapan itu hanyalah satu dari sekian
banyak kebohongan Syiah, karena penganut Syiah memiliki prinsip Taqiyyah, yaitu kebolehan berbohong
untuk menyembunyikan identitas mereka. Jika kita membaca buku ini, kita akan
tahu betapa banyaknya perbedaan akidah Syiah dengan akidah Islam yang murni.
Secara umum, kesesatan Syiah seperti berikut ini:
- Berkeyakinan bahwa para imam Syiah itu maksum (terlepas dari dosa) dan derajatnya lebih tinggi dari Rasul.
- Al Quran yang ada sekarang tidak asli, alias palsu.
- Para sahabat Nabi semuanya berdusta dan berkhianat kepada Nabi, kecuali beberapa orang saja.
- Semua hadist yang dianggap sahih dalam kitab hadist Muslimin, dianggap palsu.
- Khalifah selain dari Ali adalah penjahat, karena merebut kekuasaan kekhalifahannya. (halaman 7).
Penulis buku ini mengungkap
kesesatan Syiah, justru dari kitab-kitab hadist yang ditulis oleh para ulama
Syiah itu sendiri. Seperti kutipan kalimat di atas, kaum Syiah beranggapan
bahwa Allah itu bersifat bada’, yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah
terjadi. Sedangkan para imam Syiah telah mengetahuinya lebih dulu sebelum
terjadi. Seorang muslim yang akidahnya murni, tentu akan menolak pernyataan
tersebut. Bagaimana mungkin Allah tidak lebih tahu daripada para imam Syiah?
Dengan kata lain, penganut Syiah menganggap bahwa para imam Syiah lebih tinggi
pengetahuannya daripada Allah. Mereka memuja berlebihan terhadap para imam
Syiah. Menurut mereka, para imam Syiah itu bebas menentukan halal dan haram,
memiliki sifat maksum (terlepas dari dosa) seperti halnya para Nabi, derajat
Imam lebih tinggi daripada derajat Kenabian, mengetahui hal yang gaib melebihi
Nabi Musa as, dan sebagainya (halaman 15).
Sementara dalam ritual ibadah,
banyak sekali perbedaannya dengan ahlusunnah wal jamaah, dari mulai azan,
syahadat, bacaan salat, sampai bacaan Al Quran pun ditambahi sesuai hawa nafsu
mereka seolah-olah kedudukan Ali bin Abi Thalib itu lebih tinggi daripada Nabi
Muhammad Saw. Di buku ini, penulis melampirkan ayat-ayat Al Quran versi Syiah.
Syiah dan Yahudi sangat
berhubungan, karena Syiah diembuskan oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi
yang mengaku muslim tetapi sebenarnya ingin merusak Islam dari dalam. Sejak
Nabi Muhammad Saw diutus menjadi Rasul, kaum Yahudi memang tidak senang
terhadap Islam dan senantiasa berbuat kezaliman untuk menghancurkan kaum
muslimin. Hal itu sudah disebutkan di dalam Al Quran, dan bila kita membaca
sirah Nabawiyah—sejarah kenabian—kaum Yahudi sering mengkhianati perjanjian
dengan kaum muslimin. Kebencian mereka telah mengurat akar dan akan terus
berlangsung sampai kiamat. Pemerintah Iran dengan Syiahnya mengatakan bahwa
mereka juga membenci Yahudi dan akan memerangi Yahudi, tetapi pada kenyataannya
mereka berpelukan di belakang dengan kaum yang telah dilaknat Allah Swt itu.
Bagi Anda yang belum mengenal
Syiah dan belum meyakini kesesatannya, ada baiknya Anda membaca buku ini. Syiah
menjunjung Ali bin Abi Thalib secara berlebihan, padahal mereka pula yang
mengkhianati keponakan Rasulullah Saw itu. Bahkan, Ali berkata kepada Syiah, “Semoga Allah memusnahkan kalian. Kamu semua
telah membanjiri darahku dengan nanah, dan kalian telah memadati dadaku dengan
kemarahan dan membuntu pernafasanku. Kalian telah merusak pandanganku dengan
penyelewengan dan pembangkangan sehingga orang Quraisy itu berkata, “Putra Abi
Thalib itu seorang pemberani, tetapi sayang tidak mengerti berperang!” Akan
tetapi, aku tidak akan lagi menoleh kepada orang yang tidak patuh dan suka
membangkang!” (halaman 88).
Ajaran Syiah yang sangat
menjunjung para imam—Ali bin Abi Thalib dan keturunannya—tampak dari ucapan
Khomeini, Imam Revolusi Iran di dalam al Hukumah al Islamiyah halaman 141: “Malaikat tunduk kepadanya, semua manusia
tunduk kepadanya, sekalipun musuhnya. Mereka tunduk karena kebenaran yang ada pada Ali, baik itu ketika sedang
berdiri, duduk, berbicara, diam, berpidato, salat, maupun berperang.” (halaman 151). Sifat-sifat tersebut
menjelaskan bahwa Ali adalah jelmaan Tuhan. Bahkan, Nabi Muhammad Saw sekalipun
tidak mendapatkan penghormatan seperti itu, lalu bagaimana mungkin Ali bisa
mendapatkannya?
Dr. Musa Al Musawi, tokoh imam
Syiah, menegaskan bahwa Khomeinisme adalah sebuah gerakan Zionis, bekerja
dengan dana besar dari Israel. “Revolusi
Khomeini berjalan sesuai skenario Zionisme Internasional dengan tujuan untuk
melenyapkan suara Islam yang bebas di iran dan mengucilkan Iran dan rakyatnya
yang miskin dari dunia Islam.” (halaman
164). Pemerintah Teheran telah mendirikan enam Universitas baru untuk
menampung mahasiswa miskin dari Indonesia, Malaysia, India, dan Nigeria. Mereka
diajari gagasan Khomeini agar kelak dapat menjadi propagandis Khomeinisme di
negeri mereka. (halaman 165).
Apa yang diucapkan oleh Dr. Musa
Al Musawi itu agaknya sudah terbukti di Indonesia, seperti yang kita lihat belakangan ini di mana kaum Syiah sudah
berani menunjukkan dirinya dan mengklaim bahwa mereka juga Islam, bahkan sudah
menduduki kursi DPR. Syiah telah berhasil mengacaukan pikiran umat Islam untuk
sekadar meyakini bahwa Syiah itu sesat. Semoga Allah melindungi akidah kita
dari kesesatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar