Judul: Anakku Surgaku,
Menumbuhkan Karakter dengan Cinta
Penulis: Hawari Aka
Penerbit: Langit Media
Tahun Terbit: Cetakan I, Februari
2013
Jumlah Halaman: xxix + 92
ISBN: 978-602-18740-2-8
Beberapa waktu lalu, kita
dikejutkan oleh kasus seorang anak yang menggantung diri di dalam lemari
kamarnya. Anak itu adalah korban keluarga berantakan, kedua orangtuanya
bercerai dan meninggalkan sang anak di
bawah pengasuhan nenek dan tantenya. Diduga, anak itu merasa diabaikan,
dicampakkan, dan haus kasih sayang.
Kabar lain yang beredar, anak itu suka membaca komik manga (komik Jepang) yang
isinya mengandung kekerasan dan ajakan untuk bunuh diri. Pada kasus tersebut,
ada yang menyalahkan orangtuanya, ada yang menyalahkan komik manganya. Tetapi,
kalau mau dipikir dengan jernih, yang salah memang orangtuanya. Jika si anak
itu membaca komik manga, dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli komik
tersebut dan mengapa orangtua tidak mengawasinya agar tidak membaca komik
tersebut? Sudah tentu, orangtuanya tidak dapat mengawasinya karena anak itu
tidak tinggal bersama orangtuanya akibat dampak perceraian.
Menjadi orangtua itu tidak
berhenti sampai si anak dilahirkan. Orangtua wajib mendampingi, mengasuh, dan
mendidik anak-anaknya sehingga memiliki bekal-bekal menjadi manusia yang
beriman dan bermanfaat bagi dirinya sendiri, orang lain, dan agamanya. Pendidikan
tidak cukup hanya diberikan oleh pihak sekolah. Jangan karena orangtua memiliki
banyak uang, lalu cukup memasukkan anak ke sekolah favorit yang biayanya
selangit. Orangtua tetap memiliki andil dalam mendidik anak. Bagaimana
menghasilkan anak yang cerdas dunia akhirat? Hawari Aka dalam buku ini
menuliskan tentang pentingnya pendidikan karakter terhadap anak-anak kita.
Sejak kecil, orangtua harus
menanamkan karakter positif kepada anak-anaknya. Ada tiga pintu untuk
memasukinya: mengasuh dengan cinta, cinta yang menghidupkan karakter, dan
nasihat penuh cinta. Penulis mengambil kisah-kisah keteladanan Rasulullah Saw
dan orang-orang saleh dalam mendidik anak, yang terbukti menghasilkan anak-anak
yang cerdas, tak hanya di dunia tapi juga akhirat. Kita banyak menemukan
orang-orang sukses di dunia, tapi kosong jiwanya karena dia tidak memikirkan
akhirat. Alangkah ruginya orang-orang yang hanya cerdas untuk urusan dunia, tapi
bodoh untuk urusan akhirat.
Pada pintu pertama, mengasuh
dengan cinta, penulis menjabarkan pengasuhan-pengasuhan yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw dan orang-orang saleh terhadap anak-anak mereka. Sejak pertama
mengandung seorang anak, seorang ibu harus ikhlas, tidak merasa terbebani
dengan kehadiran anak-anaknya. Kemudian, anak-anak diberikan nama yang baik
agar mereka termotivasi melakukan kebaikan sesuai nama yang diberikan. Dan tentu saja, orangtua harus memberikan
perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya, tak sekadar memberikan uang dan
fasilitas. Ada orangtua yang sibuk bekerja dengan dalih mencari uang, toh uang
itu untuk anak-anak juga. Padahal, anak-anak tak hanya butuh uang. Mereka butuh
perhatian dan kasih sayang orangtuanya.
Rasulullah Saw telah mencontohkan
bagaimana beliau sangat menyayangi anak, dari mulai menggendong, mencium,
hingga bermain kuda-kudaan di atas punggungnya. Anak-anak senang bermain dengan
orangtuanya, apakah orangtua sudah menyisihkan waktu untuk bermain dengan anak-anaknya?
Rasulullah Saw bersabda, “barangsiapa membuat senang hati anak kecil dari
keturunannya sehingga ia menjadi senang, maka Allah akan menjadikan dia senang
di hari kiamat sampai orangtua itu senang.”
Bahasan pada pintu pertama ini
memang lebih banyak daripada pintu kedua dan ketiga, karena pintu pertama
inilah kunci utama pembentukan karakter anak. Mendidik anak memang bukan hal
yang mudah, coba tanyakan kepada orangtua yang sudah memiliki anak. Hadist
Rasulullah Saw berikut ini dapat dijadikan motivasi untuk orangtua dalam
mendidik anak-anaknya, “Sesungguhnya di
surga terdapat kedudukan yang tidak bisa dicapai kecuali tiga jenis orang,
yaitu imam yang adil, orang yang menjaga silaturahmi, dan orangtua yang sabar
mengasuh anak-anaknya.” (HR. Ad. Dailani dari Abu Hurairah)
Subhanallah, betapa mulia
kedudukan orangtua yang sabar dalam mengasuh anak-anaknya. Di pintu kedua,
penulis memberikan kisah-kisah keberhasilan orangtua dalam mendidik
anak-anaknya, sehingga anak-anak tersebut menjadi anak-anak yang sukses
meskipun berada dalam kekurangan. Sebut saja Gola Gong, salah seorang penulis
terkenal di Indonesia yang hanya memiliki satu tangan, tapi dia dapat menjadi
penulis dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi berkat motivasi cinta dari
orangtuanya. Terakhir, di pintu ketiga, penulis memasukkan nasihat-nasihat
Lukman Al Hakim dan Umar bin Abdul Aziz kepada anak-anaknya yang membentuk
anak-anak tersebut menjadi anak-anak yang sukses dunia akhirat.
Lukman Al Hakim adalah seorang
hamba sahaya biasa, tapi namanya diabadikan dalam Al Quran karena
nasihat-nasihatnya kepada anaknya. Bacalah Al Quran surat Lukman untuk
mengetahui nasihat-nasihat apa yang diberikan Lukman kepada anak-anaknya.
Sedangkan Umar bin Abdul Aziz adalah salah seorang khalifah Islam yang terkenal
kejujurannya. Beliau tidak mau makan dari uang negara dan saat pensiun pun
tidak mau megambil sedikit pun kekayaan negara untuk dirinya maupun
keluarganya.
Setelah membaca buku ini, setiap
orangtua akan menyadari kekurangan-kekurangannya dalam mendidik anak. Terutama
adalah, jangan beranggapan bahwa harta dapat membeli kebahagiaan anak-anak.
Orangtua bekerja keras dengan dalih membahagiakan anak, tapi yang terjadi malah
menciptakan anak-anak yang lemah mentalnya dan kalah oleh dunia, karena terlalu
mendewakan harta. Terbukti, anak-anak yang sukses dan berkarakter kuat itu
dibentuk oleh orangtua yang hidup sederhana tapi memiliki karakter positif.
Harta hanyalah sarana, bukan tujuan. Sudah siapkah kita untuk mendidik
anak-anak agar sukses di dunia dan di akhirat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar