www.vitobuku.blogspot.com |
Judul: Letters to Karel, Kumpulan
Surat Inspiratif Seorang Ayah untuk Anaknya
Penulis: Nazrul Anwar
Penerbit: Adnara, Self Publishing
Tahun Terbit: Cetakan Kedua,
Oktober 2014
Jumlah Halaman: 235 Halaman
Kamis, 17 Oktober 2013. Seorang bayi bernama Karel Sulthan Adnara
terlahir ke dunia. Sesaat kemudian, bayi tersebut menjadi piatu karena ibunya
meninggal akibat pendarahan pasca melahirkan. Buku Letters to Karel ini adalah
kumpulan surat-surat yang ditulis oleh ayah dari anak tersebut untuk
mengenalkan sosok ibu (Ummi Ratna) yang melahirkan anaknya, juga perjuangannya
membesarkan bayi tanpa sosok seorang ibu.
Buku ini sejenis Personal
Literatur, yang ditulis dalam bentuk surat dari seorang ayah (penulis) kepada
anaknya (Karel) yang berusia satu tahun. Tiga puluh menit setelah Karel
dilahirkan, ibunya meninggal dunia karena pendarahan. Sesuatu yang membuat saya
merasa nyeri, sebagai seorang ibu yang juga pernah melahirkan. Meninggal saat
melahirkan insya Allah imbalannya surga, tapi tetap saja menyisakan kepedihan
teramat sangat, terutama bagi bayi yang ditinggalkan. Bagaimana kelangsungan
hidup bayi itu tanpa seorang ibu? Bagaimana pemenuhan ASI-nya? Syukurlah, Karel
memiliki seorang ayah yang tabah dan berjuang sekuat tenaga, bahkan berjuang
memberikan ASI Eksklusif kepada Karel, sekalipun itu melalui donor ASI. Luar
biasa.
Sementara itu, saya melihat masih
banyak ibu yang tidak sekuat tenaga memberikan ASI kepada bayinya, meskipun
mampu. Sedangkan ini, seorang bayi yang sudah tidak punya ibu, berhasil
diberikan ASI Eksklusif oleh ayahnya, ditunjukkan dengan sebuah sertifikat
lulus ASI Eksklusif dari AIMI-ASI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia). Padahal,
si ayah juga berjuang mengatasi rasa kehilangannya. Kehilangan seorang istri
yang baru dinikahinya selama setahun. Istri yang dinikahi dengan penuh
perjuangan karena proses pernikahan mereka sempat dilanda aral melintang.
Surat-surat sang ayah kepada
Karel dipenuhi nasihat-nasihat berharga, sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan baik
yang dilakukan oleh almarhum Ummi. Beberapa nasihatnya menyentak hati saya,
menjadi pengingat untuk memperbaiki diri sendiri yang masih banyak kekhilafan.
Ummi orang yang selalu mendahulukan kewajiban daripada haknya. Bahkan ketika
haknya tidak diberikan, padahal dia sudah melakukan kewajibannya dengan baik,
dia tetap tidak ambil pusing. Dengan entengnya dia bilang, “kalau sudah rezeki
enggak akan ke mana, kok. Yang paling penting kan Ummi enggak zalim sama orang
lain. Ummi tetap menjalankan kewajiban Ummi.” (halaman 26)
Karel, kamu ingin tahu bagaimana
caranya mencintai sesuatu atau seseorang dengan benar? Agar kamu tidak terlalu
sakit saat kehilangan? Kamu hanya harus mencintai sesuatu atau seseorang itu
karena Allah, Sayang. (halaman 66)
Menjadikan keterbatasan atas apa
yang dialaminyanya (katakanlah kekurangan asih sayang) sebagai pembenaran untuk
menyerah, mengeluh, atau melakukan hal negative seperti kebanyakan anak yang
kekurangan kasih sayang. Tapi Ummi tidak memilihnya, Sholeh. Walaupun itu
mudah. Ummi memilih untuk tetap berjuang, dengan segala keterbatasan yang ada,
dengan segala kesempatan yang dimiliki. (halaman 142)
Berkaitan dengan donor ASI, Karel
mendapatkan ASI dari 13 orang pendonor, jumlah yang cukup banyak dan menjadi
perbincangan negatif. Sebagaimana kita ketahui, dalam Islam, anak-anak
sepersusuan tidak boleh menikah. Jadi, banyak orang berpikiran, jika Karel
mendapatkan banyak donor ASI, kelak dia memiliki banyak saudara sepersusuan dan
akan kesulitan mencari jodoh. Akan tetapi, ayah Karel mengikuti fatwa Yusuf
Qardhawi bahwa selama ASI tidak diberikan langsung dari payudara ibu susu, maka
hukum saudara sepersusuan itu tidak berlaku. Kalaupun kelak Karel berbeda
pandangan dengan sang ayah, ayahnya sudah menulis semua nama donor ASI tersebut
agar kelak Karel tidak menikah dengan saudara sepersusuan.
Luar biasa perjuangan sang ayah
dalam mencari donor ASI untuk putranya. Sang ayah rela menempuh perjalanan
jauh, bahkan motornya sampai mogok di jalan, demi menjemput ASI dari pendonor.
Saya jadi membandingkan dengan ibu-ibu yang enggan menyusui bayinya dengan
alasan: takut payudaranya rusak, ASI tidak keluar, capai karena kerja seharian,
bayi tidak mau menyusu, dan sebagainya, yang sebenarnya itu bisa diusahakan
bila yakin dan semangat (karena saya juga sudah mengalaminya). Hanya ada satu
yang menjadi ganjalan bagi saya, yaitu alasan ayah Karel yang tidak mau mencari
ibu susu professional:
Ada juga yang menyarankan agar abi mencari ibu susuan professional yang
bisa memenuhi kebutuhan susu kamu, kemudian ibu itu dibayar karena sudah
memberikan ASI-nya untuk kamu dan sudah mengurus kamu. Tidak, Karel. Kamu harus
dan akan dibesarkan dengan setulusnya kasih sayang, bukan dengan membeli jasa
orang lain untuk menyayangi kamu (halaman
47).
Tentang keinginan penulis yang
tidak mau membayar ibu susu, terserah. Tapi, tak perlu dikaitkan dengan
ketulusan dan kasih sayang ibu ASI, karena Rasulullah Saw pun disusui oleh
Halimah dengan meminta bayaran. Walaupun kemudian Halimah rela menyusui
Rasulullah tanpa dibayar (setelah Aminah mengatakan ketidakmampuannya
membayar), tetap saja Halimah adalah seorang ibu susu professional yang sengaja
mencari tambahan nafkah dengan menjadi ibu susu. Jadi, kalau memang ada profesi
ibu susu, mengapa tidak?
Buku ini ditulis untuk mengenang
kepergian Ummi dan mengenalkan sosok Ummi kepada Karel. Tapi, yang lebih
penting dari itu, buku ini adalah terapi bagi penulisnya yang kehilangan istri
tercinta. Dengan menulis catatan-catatan di dalam buku ini, penulis dapat
bangkit dari keterpurukan dan bersemangat membesarkan Karel sesuai amanat
almarhumah Ummi. Nilai-nilai islami yang ditanamkan Abi dan Ummi sejak Karel
masih dalam kandungan, sungguh menginspirasi.
kalau saya tidak salah, tulisan2 ayah Karel ini ditulis di blog duluan baru kemudian dibukukan.
BalasHapusBtw, luar biasa sekali Ayah Karel ini ya mbak, terutama soal tanggapan agama tentang donor ASI. yang bikin salut, dia udah memikirkan seandainya Karel berbeda pendapat dengannya kelak. Luar biasa dia memikirkan kemungkinan-kemungkinan ke depan.
Sangat bermanfaat sekali gan blog dan artikelnya...
BalasHapusKeren...banget...inspiratif pulak...
BalasHapushiks terharuuu...semoga karel sehat selalu dan jadi anak sholeh, aamiin..iya, zaman Rasulullah memang ibu susu dibayar ya ela..pernah baca..
BalasHapusAyah yang mengajarkan "siapa aku".
BalasHapussalam