Judul: Betang, Cinta yang Tumbuh dalam Diam
Penulis: Shabrina Ws
Penerbit: Quanta, Elex Media
Tahun Terbit: 2013
Halaman: 183
Di belakang rumah Betang itu,
Danum dan Dehen pernah bertanding mengayuh dayung menjelajahi sungai Barito.
Belakangan, Dehen menjadi atlet Dayung Nasional, sementara Danum baru hendak
merintis ke sana setelah berhasil mengatasi rintangan dari diri sendiri. Danum
belum pernah lolos seleksi Pelatda, ketika akhirnya dia lolos, dia harus mengorbankan
banyak hal untuk bisa menggapai cita-citanya. Termasuk melewatkan momen-momen
terakhir bersama kakeknya.
Novel yang unik, mengambil ide
cerita yang tidak biasa. Belum pernah ada novel yang mengangkat cerita tentang
atlit Dayung. Olahraga Dayung tidaklah sepopuler bulutangkis atau sepakbola,
mungkin karena tidak semua daerah bisa mempraktekkannya. Latar Dayak menyajikan
nama-nama yang tidak familiar: Danum, Dehen, Arba, Marlin, Sallie, dan
panggilan untuk kakek Danum: Kai. Seperti biasa, Shabrina Ws mengangkat tema
lokalitas yang kental, jauh dari yang biasa diangkat penulis kebanyakan.
Taburan kalimat motivasi mewarnai
sebagian besar novel ini. Novel dengan sasaran pembaca remaja ini, ingin
mengajak para remaja untuk berjuang meraih cita-cita dan tidak menyerah ketika
kalah.
“Tak masalah kamu duduk di haluan
atau buritan, asal kamu tetap menggerakkan dayungmu.” (halaman 9)
“Karena pertandingan, tidak
melulu tentang kalah dan menang.” (halaman 18)
“Kalah itu perlu, agar kautahu
dunia bukan milikmu.” (halaman 52).
Selain berjuang memenangkan
pertandingan dayung, Danum juga harus berjuang mengatasi hambatan-hambatan yang
berkaitan dengan perasaan. Ayahnya yang pernah dipenjara dan meninggalkannya
selama bertahun-tahun, tiba-tiba datang lagi ke hadapannya. Sanggupkah dia
memberikan maaf kepada lelaki yang tak pernah bertanggungjawab terhadap
hidupnya itu?
Hubungan masa kecilnya dengan
Dehen rupanya terbawa sampai remaja. Dia melihat Dehen menjalin hubungan dekat
dengan Sallie, dan tak dapat menampik bahwa dia memiliki rasa kehilangan.
Meskipun Arba sudah mengingatkan bahwa dunia nyata tidak seperti dongeng.
Hubungan masa kecilnya bersama Dehen belum tentu terulang lagi saat dewasa.
Shabrina Ws menganyam
kalimat-kalimat di dalam novel ini dengan manis, pilihan kata yang puitis dan
romantis, diselingi dengan kata-kata motivasi. Sesuai dengan labelnya: Novel
Islami, novel ini pun membawa nilai-nilai islami, diantaranya tekad Danum untuk
tetap memakai hijab sekalipun dia telah menjadi atlit dayung dan keteguhannya
untuk tidak mau berhubungan dekat dengan lelaki manapun sebelum menikah.
“Kita tak pernah punya apa-apa.
Bahkan diri kita bukan milik kita. Semua yang ada pada diri kita hanya sekadar
titipan-Nya dan akan kembali kepada-Nya.” (halaman 131)
Dimuat di Nabawia.com
Dimuat di Nabawia.com
unik ya, Mbak.. pilihan mbak Shabrina pada olahraga dayung..
BalasHapuspatut diacungi jempol.. :)
Yap, makanya lama nulisnya karena mikirnya lama :D
Hapus