Jumat, 24 Januari 2014

A Cup of Tea: Menggapai Mimpi


Judul: A Cup of Tea, Menggapai Mimpi
Penulis: Herlina P. Dewi, Reni Erina, dkk
Penerbit: Stiletto Book
Tahun Terbit: Cetakan 1, Februari 2012
Jumlah Halaman: 219
ISBN: 978-602-96026-9-2

“Buku yang luar biasa ini menuturkan dengan sangat menyentuh tentang bagaimana banyak hati berdamai dengan keterbatasan dan melahirkan energi dahsyat untuk mengubah keadaan. Kisah-kisah dengan ragam latar belakang yang hadir di sini, akan membuka hati kita untuk melihat dunia sebagai lahan harapan yang tak habis-habis.” (Alberthiene Endah, Penulis)


Semua orang pasti memiliki mimpi, dari mimpi yang kelihatannya sepele sampai mimpi yang terlihat amat mustahil untuk diwujudkan. Tetapi, siapa yang dapat melarang kita untuk bermimpi? Bermimpi itu gratis, kok. Jangan takut untuk bermimpi, sebagaimana para penulis di dalam buku ini.

Bayangkan, seorang anak di akhir SMA-nya, mendapati bahwa tulang punggung keluarga satu-satunya, sang ayah, terkena lumpuh. Padahal, dia memiliki impian sekolah sampai tinggi. Bagaimana bisa mewujudkan impian itu bila sang pencari nafkah sudah tidak ada? Bersama kakaknya, dia bekerja keras mencari nafkah, biaya pengobatan sang ayah, serta biaya melanjutkan sekolah demi mewujudkan mimpinya. Semua pekerjaan dilakoni, meskipun itu sulit dan berat. Itulah kisah Ni Made Rimawati dalam menggapai mimpinya.

Novi Nine harus memenuhi perjanjian dengan sang ayah yang luar biasa. Novi harus bisa meraih gelar S1 di Jepang. Dia harus bekerja keras, kuliah sambil bekerja karena sang ayah tidak memberinya uang. Namun, ternyata dia justru kecanduan kuliah bahkan sampai nyaris S3.

Lain lagi kisah Dwi Rahmawati, seorang ibu yang memilih bekerja dari rumah agar membersamai anak-anaknya. Berada di rumah saja bukan berarti Dwi kehilangan semangat untuk berbagi ilmu dan manfaat kepada sekitarnya. Dia bertekad untuk menjadi MomPreuneur dengan mewujudkan PAUD di rumahnya.

Kisah Drg. Deasy Rosalina, anak dari keluarga miskin yang mampu meraih gelar dokter adalah kisah yang luar biasa. Tak disangka, dari bapak yang bekerja serabutan bahkan tak sanggup membelikan rumah untuk keluarganya, serta ibu yang  penghasilannya pas-pasan, Deasy mampu mewujudkan mimpinya menjadi dokter gigi.

Impian tak mesti besar, sebab mimpi yang kita anggap kecil, bagi orang lain adalah mimpi yang besar. Begitu juga dengan mimpi Sofia Orlando. Mimpinya adalah mengumpulkan 64 judul komik Detektif Conan! Apa istimewanya mimpi itu? Baca deh di buku ini, lucu tapi bermakna.

Bagaimana dengan saya? Sampai hari ini pun saya masih bermimpi. Membaca buku ini membuat saya berani untuk mewujudkan mimpi. Cerita para penulisnya membuat saya dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk dapat mewujudkan mimpi, kita harus:

  • Berani bermimpi, meskipun itu mimpi yang dianggap kecil oleh orang lain. Mimpi setiap orang tentu tidak sama, jadi mengapa kita mesti mengkhawatirkan omongan orang lain terhadap mimpi kita?
  • Bekerja keras meraih mimpi. Jika hanya bermimpi, ibarat orang tidur dan terbangun tanpa mendapatkan apa-apa. Bermimpi mesti disertai kerja keras untuk meraihnya.
  • Jangan ragu untuk belajar, menimba pengalaman, dan menerima masukan dari orang lain untuk melecutkan kemampuan kita.
  • Jangan takut untuk mengambil kesempatan yang datang, sekalipun mungkin berlawanan dengan mimpi kita, barangkali bisa menjadi batu loncatan untuk meraih mimpi kita.
  • Jangan menyerah jika masih gagal, sebab kita tidak tahu di titik mana kita akan berhasil.
  • Adakalanya mimpi tidak tercapai, tetapi rencana Tuhan jauh lebih indah. Mungkin kita bermimpi menjadi Sutradara Film, tetapi Tuhan menakdirkan kita menjadi penulis. Maka, itulah yang terbaik untuk kita. 

2 komentar:

  1. Buku yang inspiratif. Sy juga masih bermimpi ... melalui perwujudan mimpi alhamdulillah bisa sampai saat ini mengenal mbak Leyla, teman2 di BaW .. dan lain2 ...

    BalasHapus
  2. Inspiratif. Mengejar mimpi??? siapa takut....^_^

    BalasHapus